CIREBON, Kota Wali: Ekplorasi Bhakti Budaya 2019
Ke gunung sudah, ke pulau pun sudah. Kini kami berencana untuk menggali pembelajaran outdoor di area kota pesisir.
Kali ini “perburuan” eksplorasi kami ke kota Cirebon, sekitar 215 km dari kota Jakarta. Dengan bermobil bis, dapat ditempuh 3,5 jam perjalanan.
ini tempat kami menginap di kota udang Cirebon
Kota ini mengandung banyak hal sekaligus.
Sebagai kota industri perikanan, yang terkenal dengan produk kerupuk udang dan terasi udang. Sebagai kota pelabuhan, Cirebon juga dahulu terkenal dengan industri kerajinan rotan yang diekspor ke mancanegara.
Sebagai kota Wali, karena ada peninggalan Islam dari Sunan Gunung Jati, salah satu dari sembilan Wali Songo, penyebar Islam di Pulau Jawa. Berupa Mesjid Sunan Gunung Jati, yang di sana terdapat makam Sunan Gunung Jati.
Di Cirebon, yang dahulu merupakan sebuah kota kerajaan, kami akan mengunjungi Kraton Kasepuhan Cirebon, tempat pusat budaya Cirebon kini bertumpu. Sultan Syarif Hidayatullah, salah satu Raja Cirebon, beliau itulah sang Wali, yaitu Sunan Gunung Jati.
Jadinya, kita akan mendapati berbagai keunikan budaya maritim, spritual, dan sejarah sekaligus
menanam bakau di Pantai Karangsong, Indramayu. Untuk mencegah abrasi pantai pesisir, memperbaiki lingkungan alam, dan memulihkan kembali ekosistem pantai
Sebagai salah kota di pesisir pantai pulau Jawa, mengalami ancaman kerusakan hutan bakau akibat eksploitasi masyarakat, ketidakpedulian terhadap lingkungan, serta mengalami kemungkinan terkena rob – atau terendam air pasang laut karena penurunan muka tanah.
Sebagian besar pantai di pantai utara Pulau Jawa, termasuk Indramayu dan Cirebon memang mengalami abrasi atau terkena erosi akibat deburan ombak. Baru beberapa tahun terakhir ini area pesisir pantai mulai kembali direhabilitasi, dengan penamanan mangrove seperti bakau, api-api, dan pohon pematah angin seperti cemara udang.
Kami pun, sebagai wujud kepedulian akan bahari, ikut serta menanam bibit bakau. Semoga ya dalam 3-5 tahun mendatang kota-kota di pesisir Jawa sudah sejahtera terjauh dari ancaman rob atau tergenang karena kenaikan air muka laut..
ini lho kami rombongan SMP INS saat di area pesisir pantai Karangsong, Indramayu. Sebelum Cirebon, eksplorasi kami diawali dengan kunjungan ke pesisir Indramayu.
berkumpul sejenak di depan kapal-kapal kayu yang rusak dan sedang dalam perbaikan.
Sosok kota pesisir Indramayu sebagai pelabuhan industri perikanan, tampak jelas. Kami pun berfoto di area pembuatan dan perbaikan kapal kayu. Kapal-kapal berukuran besar ini sejatinya adalah kapal barang antar pulang. Ke Indonesia Timur membawa produk jadi, kembalinya membawa olahan kayu, dan berbagai hasil bumi.
nah kalau yang ini kapal penumpang. Berfoto bersama pak Bondan, guru kami yang selalu siap membantu dan mendampingi
Mengagumkan membayangkan nenek moyang kita sebagai orang bahari atau maritim, mampu membuat kapal-kapal kayu berukuran besar, seperti kapal kargo atau kapal phinisi layaknya. Inilah kearifan lokal para nelayan di pesisir pulau Jawa, yang sampai saat ini terus bekerja membuat perahu meski pasokan kayu dirasa sulit.
menuju hutan bakau di pesisir pantai Karangsong, Indramayu, melihat keadaan hutan di pesisir kota Cirebon. Hutan bakau harus dijaga
Kami pun berkeliling hutan bakau, untuk meninjau area hutan mangrove berikut habitat satwa di dalamnya. Masih ada beruk atau monyet bakau lho…
memasuki hutan bakau, ternyata begini ya rasanya…
Suasana di dalam hutan mangrove ternyata menyenangkan. Sejuk. Sayang, di masa lalu banyak hutan mangrove yang dirusak atau kayunya diambil sebagai kayu bakar, ataupun lahannya dialih fungsikan menjadi kolam tambak bandeng dan ikan pesisir lainnya.
Kini baru dirasakan betapa ruginya kita kalau kehilangan hutan mangrove, malahan kita pun kehilangan lahan usaha atau rumah tempat tinggal karena tergerus air laut.
tajuk pohon bakau sudah menjulang tinggi, menciptakan kesejukan dan ketentraman bagi habitat di eksosistem bakau
KEHIDUPAN DI DESA NELAYAN
seru nih, menyeberangi jembatan bambu menuju desa nelayan
Bagaimana kehidupan ekonomi nelayan di sana, senja Kementerian Kelautan dan Perikanan membatasi penangkapan di laut dengan penggunaan jaring ikan yang merusak habitat ikan dan biota laut, seperti jaring pukat tarik (jaring trawl, dogol, cantrang), hingga pukat hela?
Pukat trawl/harimau atau jaring ikan tradisional fungsinya menjaring ikan sebanyak-banyaknya sampai ke anak-anak ikannya sekalian, padahal setelah di darat anak-anak ikan itu tidak terjual dan dibuang sia-sia.
Dengan aturan baru itu, kondisi ikan yang menipis di perairan Cirebon sekitarnya perlahan-lahan makin banyak dan tangkapan ikan makin besar-besar. Maka setiap kali melaut, kini pendapatan nelayan meningkat. Kini penghidupan nelayan Cirebon boleh dibilang ada kemajuan, tidak sepahit di masa lalu.
desa nelayan dengan keterbatasan infrastruktur. Pengalaman seru melintasi tangga bambu… kalau jatuh tercebur bagaimana …..?
Pengalaman melintasi jembatan bambu di wilayah perkampungan nelayan, memang tegang dan menakutkan. Bayangkan kalau terpeleset jatuuuh, wah bisa berabe body barbie nih…
Tampaknya kesadaran masyarakat untuk meningkatkan segi infrastruktur di lingkungan mereka, harus ditingkatkan lagi.
menikmati pemandangan hutan bakau di pesisir Cirebon
cape … tapi seru….
Seharian menelusuri pantai, hutan mangrove, menanam bakau, ternyata benar-benar menyenangkan sekaligus melelahkan.
Bhakti Budaya ke Sunyaragi dan Keraton Cirebon
di belakang kami situs budaya kota Cirebon yang terkenal, Taman Sari Gua Sunyaragi. Tempat para sultan dan kerabatnya bertapa dan berlatih keprajuritan
Setelah melihat kampung nelayan dan industri olahan perikanan, kami pun di hari kedua mengunjungi peninggalan bersejarah di kota Cirebon.
Salah satunya ke Taman Sari Gua Sunyaragi, artefak budaya ini dahulu dikelillingi oleh danau, yang kini sudah mengering. Gua Sunyaragi adalah bagian dari Keraton Cirebon. Ada banyak tempat berupa gua di sini, yang dahulu dimanfaatkan oleh para Sultan untuk bermeditasi berdoa kepada Allah SWT. Di bagian lain dari situs ini, dahulu menjadi tempat bagi para prajurit istana untuk berlatih ilmu bela diri keperwiraan dan ilmu kebal.
di belakang kami itu situs budaya Taman Sari Gua Sunyaragi, Cirebon
Tak lupa kami berpose sejenak, sebagai kenang-kenangan telah berkunjung ke sini.
di depan Gua Sunyaragi, tempat para Sultan Cirebon dan kerabatnya bertapa, serta mengasah keprajuritan dalam seni bela diri dan kesaktian perang
melepas lelah… berasa bro… capek tapi seru …
OYA, CIREBON JUGA KOTA KERAJINAN ROTAN
Seperti diketahui, Cirebon sempat maju dan terkenal dengan kerajinan rotannya. Banyak pabrik furnitur rotan dahulu berdiri di Cirebon, dengan produknya diekspor ke mancanegara. Seiring menurunnya pasokan rotan dari Kalimantan (hutannya sudah habis sih), maka masa keemasan industri rotan Kota Cirebon pun memudar.
NAPAK TILAS KEJAYAAN KOTA CIREBON MELALUI KRATON CIREBON KASEPUHAN:
Kunjungan terakhir adalah ke Keraton Cirebon.
Kota Cirebon sebagai kota perdagangan, di masa lalu memang merupakan tempat percampuran antara berbagai budaya: Indonesia, Sunda, Cina, Arab. Tampak banyak ornamen keramik asal Cina, di masa lalu, terpasang sebagai hiasan di dinding Keraton Cirebon. Juga ada terpasang di kompleks mesjid dan pemakaman Astana Sunan Gunung Jati.
Menurut cerita petugas jaga di sana, mereka terkesan akan kesopanan rombongan SMP INS, yang semuanya seperti otomatis mencium tangan para sesepuh dan petugas di sana. Sikap sopan santun ini mendapat apresiasi.
Sehingga, Ratu Cirebon berkenan keluar dan berfoto bersama dengan rombongan.
bersama dengan Ratu Cirebon, 2019, di pendopo Keraton Cirebon Kasepuhan
Tak terasa, perjalanan ke Cirebon, sebagai kota wali yang sarat peninggalan budaya Islam, dan juga kota maritim, telah kita lalui. Tugas berikutnya adalah membuat laporan berbentuk video perjalanan dan hasil wawancara dengan responden masyarakat di sana.
sayang gak semua teman ada berfoto. Kenangan manis yang tak terlupakan, semoga menjadi pembelajaran budaya dan bahari yang berharga
Tunggu ya perburuan perjalanan eksplorasi kami dalam program Bhakti Bumi, Bhakti Bahari, dan Bhakti Budaya SMP Indonesia Natural School berikutnya, yang pasti lebih seru!
/IM/ Nov 29, 2019
Tag:cirebon